Inikanaku.info — Di tengah maraknya penjualan daging ayam murah di pasaran, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap praktik curang penjualan ayam tiren, singkatan dari mati kemarin. Ayam tiren adalah ayam yang mati bukan karena disembelih sesuai syariat atau prosedur pemotongan hewan, melainkan karena sakit atau mati mendadak. Ayam ini tetap dijual demi meraup keuntungan, meski berisiko besar terhadap kesehatan konsumen.
Apa Itu Ayam Tiren?
Ayam tiren adalah ayam yang telah mati sebelum disembelih dan biasanya tidak melalui proses pemotongan yang higienis. Banyak pedagang curang menyuntikkan formalin, pewarna tekstil (rhodamin B), atau memanaskan ayam tersebut agar tampak segar. Hal ini membuat konsumen sulit membedakannya dengan ayam segar.
Bahaya Konsumsi Ayam Tiren
1. Kontaminasi Bakteri Patogen
Menurut penelitian dari Balai Besar Veteriner Wates, ayam tiren mengandung jumlah bakteri patogen yang jauh lebih tinggi dibandingkan ayam segar, seperti Salmonella dan Escherichia coli.
🔬 Studi dari Jurnal Veteriner Vol. 18 No. 2 (2017) menyebutkan, kadar Salmonella spp. pada ayam tiren dapat mencapai 5–10 kali lipat lebih tinggi dibanding ayam segar.
Konsumsi ayam tiren dapat menyebabkan:
- Keracunan makanan
- Diare parah
- Muntah-muntah
- Infeksi saluran pencernaan
2. Residu Formalin
Pedagang curang kerap menggunakan formalin untuk mengawetkan daging ayam tiren. Formalin adalah bahan kimia berbahaya yang biasa digunakan untuk pengawetan jenazah, bukan untuk konsumsi manusia.
⚠️ Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa formalin bersifat karsinogenik, artinya dapat memicu kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Efek jangka pendek konsumsi formalin:
- Iritasi lambung dan usus
- Nyeri perut
- Mual dan muntah
Efek jangka panjang:
- Kerusakan hati dan ginjal
- Risiko kanker saluran pencernaan
3. Penggunaan Zat Pewarna Tekstil
Beberapa oknum juga menyuntikkan pewarna tekstil seperti rhodamin B untuk membuat warna daging ayam tiren tampak lebih merah dan segar. Padahal rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang dilarang digunakan pada makanan.
📘 Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), rhodamin B bersifat toksik dan berpotensi menyebabkan kerusakan hati serta tumor jika dikonsumsi terus-menerus.
Cara Membedakan Ayam Tiren dengan Ayam Segar
Ciri | Ayam Tiren | Ayam Segar |
---|---|---|
Warna Daging | Pucat kehijauan atau kebiruan | Merah muda cerah |
Tekstur Daging | Lembek, berlendir | Kenyal dan kering |
Aroma | Anyir atau busuk | Segar khas daging ayam |
Mata Ayam | Cekung, keruh | Cembung dan jernih |
Warna Insang | Hitam atau cokelat gelap | Merah segar |
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- Belilah ayam di pasar atau toko terpercaya.
- Periksa label SNI dan masa kedaluwarsa untuk ayam kemasan.
- Hindari membeli ayam dengan harga yang jauh lebih murah dari pasar.
- Laporkan ke dinas terkait jika menemukan penjual ayam tiren.
Kesimpulan
Konsumsi ayam tiren bukan hanya tindakan yang tidak etis, tapi juga sangat berbahaya bagi kesehatan. Kandungan bakteri, formalin, dan pewarna sintetis dapat merusak organ tubuh dan meningkatkan risiko penyakit kronis. Mari kita jadi konsumen cerdas dengan tidak tergoda harga murah yang bisa berujung mahal bagi kesehatan.
Jaga keluarga Anda dari bahaya tersembunyi di balik daging ayam tiren. Pilih yang segar, aman, dan sehat.
Referensi Ilmiah:
- Jurnal Veteriner Indonesia, Vol. 18 No. 2, 2017 – Deteksi Salmonella spp pada ayam tiren
- BPOM RI – Publikasi Formalin dalam Pangan
- LIPI – Risiko Kesehatan Akibat Pewarna Makanan Ilegal
- WHO (World Health Organization) – Food Safety and Pathogenic Bacteria