Inikanaku.info – Kasus keracunan akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan. Beberapa waktu terakhir, sejumlah siswa di Kabupaten Bandung Barat mengalami gejala mual, muntah, hingga diare setelah menyantap makanan dari program tersebut.
Peristiwa ini memicu kekhawatiran di masyarakat, khususnya para orang tua. Dugaan kuat, keracunan terjadi akibat makanan yang sudah tidak layak konsumsi atau basi karena distribusi dan penyimpanan yang tidak sesuai standar. Makanan basi memang kerap menjadi penyebab utama keracunan massal, terutama pada anak-anak yang lebih rentan.
Kasus Keracunan MBG yang Marak Terjadi
Kejadian keracunan makanan pada siswa bukan hal baru. Dalam beberapa pekan terakhir, laporan kasus serupa muncul di berbagai daerah, termasuk di Bandung Barat.
Sebagian besar kasus menunjukkan pola yang sama: siswa mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan yang disediakan di sekolah. Hal ini mengindikasikan adanya masalah pada kualitas makanan, proses distribusi, atau penyimpanan yang tidak tepat.
Mengapa Makanan Basi Bisa Menyebabkan Keracunan?
Pertumbuhan Bakteri Berbahaya
Makanan yang basi menjadi tempat ideal bagi bakteri untuk berkembang biak, seperti:
- Salmonella – biasanya ada pada daging, telur, dan produk susu.
- Escherichia coli (E. coli) – muncul pada makanan yang dibiarkan di suhu ruang terlalu lama.
- Clostridium perfringens – sering ditemukan pada masakan daging atau berkuah.
- Staphylococcus aureus – menghasilkan racun berbahaya meski makanan sudah dipanaskan kembali.
Racun yang Dihasilkan Bakteri
Beberapa bakteri, seperti Clostridium botulinum, mampu menghasilkan racun berbahaya yang menyerang saraf. Racun ini biasanya muncul pada makanan kaleng atau kemasan kedap udara yang rusak.
Jamur dan Mikotoksin
Makanan basi kerap ditumbuhi jamur atau kapang. Jamur menghasilkan mikotoksin, zat berbahaya yang bisa merusak hati dan ginjal. Contohnya sering ditemukan pada roti, kacang, atau biji-bijian.
Kesalahan Penyimpanan Makanan
Kesalahan dalam penyimpanan membuat makanan cepat basi, misalnya:
- Tidak mendinginkan makanan di bawah suhu 5°C.
- Membiarkan makanan matang terlalu lama di suhu ruang.
- Menggunakan wadah kotor atau terbuka.
Kandungan Nutrisi Tinggi
Makanan berprotein tinggi seperti daging, ikan, telur, dan susu lebih mudah basi. Jika tidak ditangani dengan benar, makanan jenis ini bisa menjadi sumber keracunan berbahaya.
Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang terjadi saat makanan matang bercampur dengan makanan mentah atau peralatan masak yang tidak higienis. Hal ini mempercepat kerusakan makanan.
Gejala Keracunan Makanan Basi
Keracunan makanan basi dapat dikenali melalui beberapa gejala, antara lain:
- Mual, muntah, dan diare.
- Nyeri perut dan kram.
- Demam ringan hingga tinggi.
- Dehidrasi dan tubuh terasa lemas.
- Dalam kasus berat, bisa menyebabkan gangguan pada organ vital.
Cara Mencegah Keracunan Akibat Makanan Basi
Untuk mencegah kasus serupa, beberapa langkah pencegahan penting dilakukan:
- Simpan makanan di kulkas bila tidak langsung dikonsumsi.
- Gunakan wadah kedap udara yang bersih.
- Jangan konsumsi makanan berbau asam, berlendir, atau berjamur.
- Panaskan makanan hingga matang sempurna sebelum dimakan.
- Jaga kebersihan peralatan masak dan distribusi makanan.
- Pengawasan ekstra dari sekolah dan orang tua terhadap makanan siswa.
Kesimpulan
Kasus keracunan MBG yang menimpa siswa harus menjadi peringatan penting mengenai betapa rawannya makanan basi terhadap kesehatan. Makanan basi bisa menjadi sarang bakteri, jamur, dan racun yang berbahaya bagi tubuh.
Langkah pencegahan melalui penyimpanan yang tepat, distribusi yang higienis, dan pengawasan ketat sangat diperlukan agar kejadian serupa tidak terus berulang. Lebih baik membuang makanan yang sudah tidak layak konsumsi daripada mempertaruhkan kesehatan anak-anak kita.