Black Hawk Down merujuk pada insiden pertempuran di Mogadishu, Somalia, pada 3–4 Oktober 1993, yang dikenal sebagai Pertempuran Mogadishu atau Battle of Mogadishu. Insiden ini terjadi ketika pasukan khusus AS, termasuk Army Rangers dan Delta Force, melakukan operasi untuk menangkap dua letnan utama Jenderal Mohamed Farrah Aidid, seorang panglima perang Somalia yang menentang intervensi AS dan PBB di negaranya.
Apa yang Terjadi?
- Misi Penangkapan
- Pasukan AS menggunakan helikopter UH-60 Black Hawk dan kendaraan darat untuk menangkap target di sebuah gedung di Mogadishu.
- Operasi awalnya berjalan lancar, dan target berhasil ditangkap.
- Black Hawk Jatuh
- Sebuah helikopter Black Hawk ditembak jatuh oleh milisi Somalia menggunakan RPG (Rocket-Propelled Grenade).
- Pasukan darat segera bergerak untuk menyelamatkan awak helikopter yang jatuh.
- Pertempuran Sengit
- Milisi Somalia, yang diperkirakan berjumlah ribuan, mengepung pasukan AS.
- Sebuah helikopter Black Hawk kedua juga ditembak jatuh, memperburuk situasi.
- Pasukan AS terjebak dalam pertempuran intens selama hampir 18 jam di tengah kota.
- Evakuasi Pasukan AS
- Misi penyelamatan dilakukan oleh pasukan bantuan dari PBB dan militer AS.
- Pasukan AS yang terjebak harus bertahan semalaman sebelum akhirnya bisa dievakuasi ke markas PBB pada pagi hari 4 Oktober.
Dampak dan Korban
- AS: 18 tentara tewas, lebih dari 70 terluka.
- Somalia: Diperkirakan ratusan hingga lebih dari 1.000 milisi dan warga sipil tewas.
- Citra AS: Insiden ini dianggap sebagai kegagalan besar bagi AS, karena menunjukkan kelemahan intervensi militer di konflik internal negara lain.
Gambar ikonik dari insiden ini adalah mayat tentara AS yang diseret di jalanan Mogadishu, yang memicu kemarahan di AS dan akhirnya mendorong Presiden Bill Clinton untuk menarik pasukan AS dari Somalia.
Insiden ini diabadikan dalam buku Black Hawk Down (1999) karya Mark Bowden, yang kemudian diadaptasi menjadi film “Black Hawk Down” (2001) oleh Ridley Scott.
Dalam peristiwa Black Hawk Down (Pertempuran Mogadishu, 3-4 Oktober 1993), beberapa pihak yang membantu evakuasi korban tentara Amerika Serikat meliputi:
Pihak yang Membantu Evakuasi
- Pasukan Amerika Serikat
- Delta Force & Army Rangers: Bertempur habis-habisan untuk mempertahankan posisi dan mengevakuasi korban dari lokasi jatuhnya helikopter.
- 160th Special Operations Aviation Regiment (Night Stalkers): Mengoperasikan helikopter untuk dukungan udara dan mengevakuasi korban yang bisa diambil dari udara.
- Pasukan UNOSOM II (Misi PBB di Somalia)
- Tentara Pakistan: Mengirimkan tank dan kendaraan lapis baja M48 untuk membantu mengevakuasi pasukan AS yang terperangkap.
- Tentara Malaysia: Menyediakan kendaraan lapis baja Condor dan mengirim pasukan untuk membantu mengevakuasi tentara AS. Beberapa tentara Malaysia terluka dalam misi ini.
- Warga Sipil Somalia
- Beberapa warga sipil yang netral atau menolak dominasi milisi Mohamed Farrah Aidid membantu menyembunyikan atau memberikan informasi kepada pasukan AS tentang jalur evakuasi yang lebih aman.
Apa yang Akan Terjadi Jika Tidak Ada Bantuan?
Tanpa bantuan dari pasukan PBB (Pakistan & Malaysia) dan operasi penyelamatan oleh pasukan AS:
- Lebih Banyak Korban di Pihak Amerika – Pasukan AS yang terperangkap mungkin akan terbunuh atau tertangkap seluruhnya oleh milisi Somalia.
- Potensi Sandera – Jika tidak ada evakuasi, lebih banyak tentara AS mungkin akan ditawan, yang bisa meningkatkan ketegangan diplomatik antara AS dan Somalia.
- Kekalahan Total di Medan Perang – AS mungkin kehilangan lebih banyak peralatan dan personel, serta kehilangan kendali atas operasi mereka di Somalia.
- Konsekuensi Politik yang Lebih Besar – Kegagalan total dalam evakuasi bisa menyebabkan AS menarik diri lebih cepat dari Somalia dengan dampak buruk terhadap reputasi militer mereka.
Berkat bantuan dari berbagai pihak, meskipun kehilangan 19 tentara, sebagian besar pasukan AS dapat dievakuasi, dan tragedi yang lebih besar bisa dihindari.