Elang Jawa

- Jurnalis

Minggu, 8 September 2024 - 09:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Elang jawa, yang menjadi maskot satwa langka Indonesia. Dalam situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dijelaskan, elang jawa termasuk spesies yang terancam punah. 

Dalam daftar merah Badan Konservasi Dunia (IUCN), elang jawa masuk dalam status terancam punah (endangered). Pada tahun 2005, populasi elang jawa sebanyak 425 pasang dan pada tahun 2010 menjadi 325 pasang. Populasi tersebut kian menurun drastis pada tahun 2018 menjadi 188 pasang.

Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60–70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).

Kepala berwarna cokelat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2–4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang cokelat kekuningan (kadang tampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap cokelat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecokelatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawo matang sampai kecokelatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecokelatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang tampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.

Baca Juga :  Gerhana Bulan Total 13 sampai 14 Maret 2025

Iris mata kuning atau kecokelatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher, dan sisi bawah tubuh berwarna cokelat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.

Ketika terbang, elang jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung tampak lebih kecokelatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.

Sesungguhnya keberadaan elang jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.

Baca Juga :  Mengenal Teori Relativitas: Saat Waktu Bisa Melambat dan Massa Bisa Jadi Energi

Baru pada tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch, mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. Stresemann memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik bartelsi, untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung Spizaetus nipalensis.

Demikianlah, burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis bartelsi, hingga akhirnya pada tahun 1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus bartelsi.

Burung Garuda yang menjadi lambang negara Indonesia identik dengan Elang Jawa, namun sebenarnya burung Garuda adalah mahluk mitologi.

Nama Garuda sendiri berasal dari kata dalam bahasa Sanskerta. Ia merupakan kendaraan atau wahana Dewa Wisnu, dewa pemelihara alam semesta, dalam agama Hindu.

Dikutip dari laman Museum Nasional, Garuda seringkali dilukiskan memiliki kepala, sayap, ekor dan moncong burung elang, dengan tubuh, tangan, dan kaki bak manusia.

 

 

Follow WhatsApp Channel inikanaku.info untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Fenomena Alam Spektakuler Bakal Hiasi Langit September 2025
Fenomena Kulminasi Matahari Mulai 7 September, Bayangan Tubuh Bisa Hilang!
Fenomena Hujan Meteor Aurigids 1 September 2025, Bisa Diamati dari Indonesia
Apa Itu Gas Air Mata dan Cara Mengatasinya Jika Terpapar
Gas Air Mata: Bahaya, dan Cara Penanganannya
Sesar Lembang Aktif, Ini Daftar Kecamatan yang Masuk Zona Merah
Mengenal BPA: Zat Kimia yang Perlu Diwaspadai dalam Kehidupan Sehari-hari
Gunung Batu di Sesar Lembang: Naik Ratusan Meter Akibat Dorongan Tektonik
Berita ini 77 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 5 September 2025 - 14:24 WIB

Fenomena Alam Spektakuler Bakal Hiasi Langit September 2025

Jumat, 5 September 2025 - 13:56 WIB

Fenomena Kulminasi Matahari Mulai 7 September, Bayangan Tubuh Bisa Hilang!

Senin, 1 September 2025 - 07:33 WIB

Fenomena Hujan Meteor Aurigids 1 September 2025, Bisa Diamati dari Indonesia

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 14:53 WIB

Apa Itu Gas Air Mata dan Cara Mengatasinya Jika Terpapar

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 14:47 WIB

Gas Air Mata: Bahaya, dan Cara Penanganannya

Info Terbaru

Healthy Lifestyle

Fibromyalgia, Penyakit yang Bikin Mariah Carey Bak Manekin

Kamis, 9 Okt 2025 - 09:31 WIB

Healthy Lifestyle

Manfaat Jagung untuk Kesehatan Pencernaan dan Cara Konsumsinya yang Tepat

Senin, 6 Okt 2025 - 08:55 WIB