Ibnu Sina & Ilmuwan Islam Lainnya Yang Mendukung Konsep Geosentris

- Publisher

Minggu, 15 Desember 2024 - 09:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ibnu Sina, atau dikenal sebagai Avicenna di dunia Barat, adalah seorang polymath (ilmuwan serba bisa) asal Persia yang hidup pada masa Zaman Keemasan Islam (980–1037 M). Ia terkenal di bidang kedokteran, filsafat, astronomi, matematika, dan ilmu pengetahuan lainnya. Berikut adalah penjelasan mengenai Ibnu Sina dalam bahasa Indonesia:

Kehidupan Singkat

  • Nama Lengkap: Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina
  • Lahir: Tahun 980 di Afshana, dekat Bukhara (sekarang Uzbekistan).
  • Wafat: Tahun 1037 di Hamadan (sekarang Iran).
  • Pendidikan: Sejak kecil, Ibnu Sina dikenal sebagai anak yang sangat cerdas. Pada usia 10 tahun, ia sudah menguasai Al-Qur’an dan berbagai ilmu. Di usia remaja, ia mempelajari ilmu kedokteran, filsafat, matematika, dan sains hingga menjadi ahli.
  • Karier: Ibnu Sina bekerja sebagai dokter istana dan penasihat di berbagai wilayah kekhalifahan.

Kontribusi Ibnu Sina

  1. Kedokteran
    • Karya utamanya, Al-Qanun fi al-Tibb (Kanon Kedokteran), adalah ensiklopedia medis yang menjadi rujukan utama di dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad.
    • Dalam buku ini, ia membahas anatomi, diagnosis penyakit, farmakologi, hingga konsep penyakit menular dan pentingnya kebersihan.
  2. Filsafat
    • Ibnu Sina menggabungkan pemikiran filsafat Yunani, terutama Aristoteles, dengan ajaran Islam.
    • Karyanya Kitab Al-Syifa (Buku Penyembuhan) membahas metafisika, logika, dan esensi keberadaan manusia.
  3. Astronomi dan Matematika
    • Ia berkontribusi dalam pengamatan astronomi, teori pergerakan planet, dan memperbaiki metode penghitungan matematis.
  4. Sastra dan Bahasa
    • Ibnu Sina juga menulis puisi dalam bahasa Persia dan Arab, mencerminkan kedalaman spiritual dan pemikiran filsafatnya.

Warisan dan Pengaruh

  • Ibnu Sina sering disebut sebagai “Bapak Kedokteran Modern Awal” karena pengaruhnya yang sangat besar dalam dunia medis.
  • Buku-bukunya diterjemahkan ke berbagai bahasa dan memengaruhi ilmu pengetahuan Eropa hingga masa Renaissance.
  • Ia juga dianggap sebagai salah satu tokoh terbesar dalam peradaban Islam, dengan karya-karyanya yang menjadi jembatan antara ilmu kuno dan modern.

 

Ibnu Sina memiliki kontribusi yang sangat besar di bidang kedokteran, yang menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah ilmu medis. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai kontribusi Ibnu Sina dalam bidang kedokteran:


1. Al-Qanun fi al-Tibb (Kanon Kedokteran)

  • Isi dan Signifikansi:
    • Al-Qanun fi al-Tibb adalah karya ensiklopedis kedokteran yang menjadi referensi utama di dunia Islam dan Eropa selama lebih dari 600 tahun.
    • Buku ini terdiri dari 5 volume yang membahas:
      1. Dasar-dasar ilmu kedokteran: Anatomi, fisiologi, dan prinsip-prinsip kesehatan.
      2. Bahan obat dan farmakologi: Mengklasifikasikan sekitar 800 obat-obatan herbal, hewani, dan mineral.
      3. Penyakit yang menyerang bagian tubuh tertentu: Dari kepala hingga kaki.
      4. Penyakit umum: Seperti demam, infeksi, dan gangguan mental.
      5. Farmasi dan formula pengobatan: Merancang terapi dan pengobatan.
  • Penerapan:
    Buku ini memperkenalkan konsep diagnosis penyakit berdasarkan observasi yang sistematis dan pengobatan berbasis bukti.

2. Konsep Penting yang Diperkenalkan

  1. Teori Penyakit Menular:
    • Ibnu Sina mengemukakan bahwa beberapa penyakit, seperti tuberkulosis, bersifat menular dan dapat menyebar melalui air atau udara.
    • Ia juga menekankan pentingnya kebersihan untuk mencegah penularan.
  2. Penggunaan Uji Klinis:
    • Ia memperkenalkan metode uji klinis untuk menguji efektivitas obat-obatan dengan mengamati efeknya pada pasien.
  3. Psikosomatik:
    • Ibnu Sina menyadari hubungan antara kondisi mental dan fisik. Ia menjelaskan bagaimana stres atau emosi dapat memengaruhi kesehatan tubuh.
  4. Keseimbangan Empat Cairan Tubuh (Humoralisme):
    • Sejalan dengan teori Yunani, Ibnu Sina menjelaskan bahwa kesehatan tergantung pada keseimbangan empat cairan tubuh: darah, lendir, empedu kuning, dan empedu hitam.

3. Praktik dan Penemuan di Kedokteran

  1. Diagnosis yang Akurat:
    • Ia dikenal sebagai dokter yang sangat teliti dalam mendiagnosis penyakit.
    • Ia memperkenalkan metode seperti analisis denyut nadi untuk memahami kondisi kesehatan pasien.
  2. Pembedahan:
    • Ibnu Sina memberikan panduan tentang teknik-teknik dasar pembedahan dan cara menjahit luka.
  3. Farmakologi:
    • Ia mengembangkan berbagai resep obat yang masih menjadi dasar ilmu farmasi modern.

4. Pengaruh dalam Dunia Kedokteran

  • Buku Al-Qanun fi al-Tibb diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan menjadi panduan utama di universitas kedokteran di Eropa hingga abad ke-17.
  • Metode observasi dan analisis sistematisnya menjadi dasar bagi pendekatan ilmiah modern dalam dunia medis.

Ibnu Sina tidak hanya memberikan teori, tetapi juga menjelaskan praktik medis yang relevan dan terus digunakan hingga sekarang.

 

Ibnu Sina juga memberikan kontribusi penting dalam bidang astronomi, meskipun lebih dikenal karena karyanya di kedokteran dan filsafat. Berikut adalah beberapa kontribusinya dalam bidang ini:


1. Karya Astronomi

Ibnu Sina membahas astronomi dalam beberapa karyanya, seperti:

  • Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan): Bagian ini berisi pembahasan tentang kosmologi, struktur alam semesta, dan gerakan benda langit.
  • Kitab an-Najat (Buku Keselamatan): Meringkas konsep-konsep dasar astronomi dari Kitab al-Shifa.
  • Risalah fi al-Kawākib al-Thābitah (Risalah tentang Bintang Tetap): Membahas pengamatan dan klasifikasi bintang.

2. Konsep dan Teori Astronomi

  1. Model Alam Semesta:
    • Ibnu Sina mengikuti model geosentris (bumi sebagai pusat alam semesta) yang berasal dari Ptolemy, tetapi ia memberikan kritik terhadap beberapa elemen dalam teori tersebut.
    • Ia berpendapat bahwa orbit planet berbentuk lingkaran sempurna, tetapi mencoba memperbaiki kesalahan yang muncul dalam model matematis Ptolemaik.
  2. Kosmologi Aristotelian:
    • Ibnu Sina menggabungkan pandangan Aristoteles dan filsafat Islam untuk menjelaskan struktur langit dan bumi.
    • Ia memperkenalkan konsep bahwa benda langit memiliki substansi tersendiri yang berbeda dari materi di bumi.
  3. Gerakan Planet dan Bintang:
    • Ibnu Sina menjelaskan bahwa gerakan planet dipengaruhi oleh kekuatan atau “jiwa” yang memotivasi mereka untuk bergerak secara harmonis dalam lingkaran.

3. Pengamatan Astronomi

  • Ibnu Sina melakukan pengamatan bintang tetap dan memberikan klasifikasi mereka berdasarkan magnitudo atau tingkat kecerahan.
  • Ia juga mempelajari gerhana matahari dan gerhana bulan, mencoba menjelaskan fenomena ini dengan prinsip-prinsip geometri.

4. Kritik terhadap Teori Ptolemaik

  • Ibnu Sina menyadari kelemahan dalam model Ptolemaik, seperti penggunaan epicycles (lingkaran kecil di dalam orbit planet) untuk menjelaskan pergerakan planet.
  • Ia mencoba menciptakan model yang lebih konsisten dengan prinsip-prinsip fisika yang diketahui pada zamannya, meskipun tetap dalam kerangka geosentris.

5. Pengaruh pada Ilmuwan Lain

  • Pemikiran astronomi Ibnu Sina memengaruhi ilmuwan Muslim berikutnya, seperti Al-Biruni dan Nasir al-Din al-Tusi, serta astronom Eropa pada abad pertengahan.
  • Ia membuka jalan untuk pemikiran yang lebih kritis terhadap model geosentris, yang akhirnya mengarah pada revolusi heliosentris oleh Copernicus.

Kesimpulan

Meskipun tidak sepenuhnya merevolusi astronomi, Ibnu Sina memberikan landasan intelektual yang kuat untuk perkembangan ilmu ini di dunia Islam dan Eropa. Ia dikenal karena pendekatannya yang filosofis dalam memadukan sains dan metafisika untuk memahami alam semesta.

 

Baik, mari kita bahas lebih rinci tentang salah satu karya Ibnu Sina dalam bidang astronomi, yaitu Kitab al-Shifa (The Book of Healing), yang merupakan salah satu karya paling komprehensifnya. Bagian ini mencakup kosmologi dan astronomi.


1. Astronomi dalam Kitab al-Shifa

Kitab al-Shifa adalah ensiklopedia ilmu pengetahuan yang meliputi banyak disiplin ilmu, termasuk astronomi. Dalam bagian astronominya, Ibnu Sina mengupas:

  • Struktur Alam Semesta:
    Ia mendukung model geosentris (bumi sebagai pusat alam semesta) sebagaimana yang diajukan Ptolemy, tetapi ia menyempurnakan beberapa aspek teori tersebut.
  • Gerakan Benda Langit:
    Ibnu Sina menjelaskan bahwa benda-benda langit memiliki gerakan yang harmonis, yang dipengaruhi oleh kekuatan non-material.
    Menurutnya, setiap benda langit memiliki semacam “jiwa” yang membuat mereka bergerak secara alami.
  • Langit sebagai Struktur Bertingkat:
    Ibnu Sina menggambarkan alam semesta sebagai sistem berlapis, di mana setiap lapisan mewakili orbit planet, matahari, dan bintang tetap.

2. Kritik Terhadap Model Ptolemaik

  • Epicycles dan Eccentric:
    Ibnu Sina menyadari bahwa model Ptolemaik menggunakan elemen tambahan seperti epicycles (lingkaran kecil di dalam orbit planet) dan eccentric (orbit tidak berbentuk lingkaran sempurna) untuk menjelaskan gerakan planet.
    Ia mengkritik pendekatan ini karena bertentangan dengan prinsip harmoni universal.
    Sebagai alternatif, Ibnu Sina mencoba memperkenalkan model yang lebih sederhana namun tetap konsisten dengan observasi pada zamannya.
  • Filosofi dan Astronomi:
    Ibnu Sina menekankan bahwa astronomi bukan hanya sains empiris tetapi juga melibatkan metafisika. Baginya, pemahaman gerakan benda langit harus selaras dengan prinsip-prinsip filosofis tentang alam semesta.

3. Konsep Metafisika dalam Astronomi

  • Penggerak Utama (The Prime Mover):
    Ibnu Sina mendukung gagasan Aristoteles bahwa ada “penggerak utama” atau kekuatan ilahi yang menjadi penyebab gerakan benda langit.
    Namun, ia mengaitkan konsep ini dengan teologi Islam, menjelaskan bahwa Allah adalah penyebab pertama dari segala sesuatu.
  • Benda Langit Berbeda dengan Benda di Bumi:
    Menurutnya, benda langit tidak terbuat dari unsur-unsur bumi seperti tanah, air, api, dan udara, melainkan dari substansi khusus yang ia sebut sebagai eter.

4. Pengaruh dan Relevansi

  • Pengaruh pada Ilmuwan Muslim:
    Pemikiran Ibnu Sina tentang kosmologi menjadi dasar bagi astronom Muslim seperti Nasir al-Din al-Tusi, yang kemudian menyempurnakan model gerakan planet.

    • Tusi Couple, misalnya, adalah inovasi dalam astronomi yang membantu menjelaskan gerakan planet tanpa epicycles.
  • Penerjemahan ke Barat:
    Bagian astronomi dari Kitab al-Shifa diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, memperkenalkan ide-idenya kepada para astronom Eropa.
  • Jembatan ke Astronomi Modern:
    Meskipun model heliosentris (matahari sebagai pusat alam semesta) belum diterima pada zamannya, kritik dan pendekatan filosofis Ibnu Sina membantu membentuk dasar pemikiran yang kemudian dikembangkan oleh Copernicus dan Galileo.

Kesimpulan

Ibnu Sina tidak hanya seorang astronom, tetapi juga seorang pemikir yang mengintegrasikan sains, filsafat, dan teologi untuk menjelaskan alam semesta. Karyanya dalam Kitab al-Shifa menjadi warisan penting yang memengaruhi perkembangan ilmu astronomi di dunia Islam dan Barat.

 

Pendapat geosentris yang didukung oleh Ibnu Sina berarti bahwa ia percaya bumi adalah pusat alam semesta, dan semua benda langit, termasuk matahari, bulan, planet, dan bintang, berputar mengelilingi bumi. Model ini berasal dari teori yang diajukan oleh astronom Yunani, Claudius Ptolemy, dan diterima secara luas pada masa itu, baik di dunia Islam maupun Eropa.


Detail Pandangan Geosentris

  1. Alasan Filosofis dan Teologis:
    • Ibnu Sina, seperti banyak ilmuwan pada masanya, mendukung pandangan geosentris karena dianggap selaras dengan pemahaman filosofis dan teologis tentang alam semesta.
    • Dalam pandangan ini, bumi dianggap sebagai tempat istimewa karena menjadi pusat ciptaan Tuhan.
  2. Struktur Alam Semesta:
    • Alam semesta dipahami sebagai sistem berlapis-lapis. Lapisan-lapisan ini terdiri dari bola langit (spheres), di mana planet, bulan, matahari, dan bintang tetap berada.
    • Bumi adalah pusat tak bergerak, sementara benda langit bergerak dalam orbit lingkaran sempurna di sekitar bumi.
  3. Kritik terhadap Ptolemy:
    • Meskipun mendukung model geosentris, Ibnu Sina menyadari beberapa kelemahan dalam model Ptolemaik, seperti penggunaan epicycles (lingkaran tambahan dalam orbit planet).
    • Ia berusaha mencari penjelasan yang lebih harmonis dan filosofis untuk gerakan benda langit.

Kontribusi Ibnu Sina dalam Geosentrisme

  • Ibnu Sina tidak hanya menerima model geosentris secara pasif, tetapi juga mencoba menjelaskan gerakan benda langit menggunakan prinsip metafisika dan filsafat.
  • Ia percaya bahwa benda langit memiliki jiwa atau kekuatan yang menyebabkan mereka bergerak dengan cara tertentu, bukan hanya melalui mekanisme fisik.
  • Dalam Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan), ia menyatakan bahwa gerakan benda langit dipengaruhi oleh “penggerak pertama” (Prime Mover), yang berhubungan dengan konsep Tuhan sebagai pencipta.

Relevansi dan Pengaruh

Pandangan geosentris Ibnu Sina bertahan selama berabad-abad dan menjadi dasar pembelajaran astronomi di dunia Islam dan Eropa. Model ini baru ditantang oleh model heliosentris (matahari sebagai pusat) yang diajukan oleh Nicolaus Copernicus pada abad ke-16.

Baca Juga :  Gerhana Matahari

Apakah Anda ingin memahami lebih lanjut bagaimana Ibnu Sina mencoba menyempurnakan model geosentris?

Ibnu Sina mendukung model geosentris yang dipengaruhi oleh teori Ptolemy, tetapi ia juga mencoba menyempurnakan model tersebut dengan pendekatan filosofis dan ilmiah. Berikut adalah bagaimana Ibnu Sina menyempurnakan konsep geosentris:


1. Kritik Terhadap Model Ptolemaik

  • Model geosentris Ptolemy menjelaskan gerakan planet menggunakan epicycles (lingkaran kecil di dalam orbit planet) dan eccentric circles (orbit yang tidak benar-benar berpusat pada bumi).
  • Ibnu Sina merasa model ini terlalu kompleks dan kurang konsisten dengan prinsip harmoni universal.
  • Ia mengusulkan bahwa gerakan benda langit harus lebih sederhana dan elegan, sesuai dengan hukum alam dan filosofi Aristotelian.

2. Penjelasan Filosofis dan Metafisik

Ibnu Sina berusaha menjelaskan fenomena astronomi dengan mengintegrasikan filsafat dan metafisika.

Gerakan Benda Langit:

  • Ia berpendapat bahwa benda langit digerakkan oleh jiwa langit (nafs al-falak), semacam kekuatan spiritual yang bertanggung jawab atas gerakan melingkar.
  • Benda langit dianggap sebagai makhluk sempurna yang tidak terbuat dari unsur-unsur bumi, melainkan dari substansi yang disebut eter.

Penggerak Pertama (Prime Mover):

  • Semua gerakan benda langit bermula dari Penggerak Utama (Allah), yang memberikan dorongan awal tanpa memerlukan kontak fisik.
  • Gerakan ini bersifat sempurna dan terus-menerus karena berasal dari kehendak ilahi.

3. Penyesuaian pada Teori Ptolemy

  • Ibnu Sina mencoba menciptakan model yang lebih selaras dengan prinsip fisika dan metafisika pada masanya, meskipun ia tidak merancang alternatif matematis yang rinci seperti astronom berikutnya, Nasir al-Din al-Tusi.
  • Ia menekankan bahwa gerakan planet harus dijelaskan secara rasional, bukan sekadar melalui perangkat matematis seperti epicycles.

4. Pengaruh pada Astronomi Selanjutnya

  1. Nasir al-Din al-Tusi:
    • Ibnu Sina menginspirasi Nasir al-Din al-Tusi, yang kemudian memperkenalkan Tusi Couple, mekanisme geometris untuk menjelaskan gerakan planet tanpa epicycles.
  2. Pemikiran Filosofis:
    • Gagasannya tentang gerakan benda langit sebagai gerakan yang harmonis dan sempurna membantu membangun kerangka berpikir ilmiah di dunia Islam.
    • Ide-idenya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan memengaruhi pemikiran astronomi Eropa pada abad pertengahan.

Kesimpulan

Ibnu Sina menyempurnakan model geosentris dengan memberikan landasan filosofis dan metafisik yang lebih kokoh. Meskipun ia tetap mendukung model geosentris, pemikirannya membuka jalan bagi ilmuwan berikutnya untuk menyempurnakan teori ini lebih lanjut.

 

Mari kita fokus pada kontribusi Nasir al-Din al-Tusi, seorang astronom Muslim yang terinspirasi oleh kritik dan konsep-konsep yang diperkenalkan oleh Ibnu Sina, serta bagaimana ia menyempurnakan model geosentris dan menghubungkan konsep ini dengan astronomi modern.


1. Nasir al-Din al-Tusi: Penerus Kritik Ibnu Sina

Nasir al-Din al-Tusi (1201–1274) adalah ilmuwan Persia yang terkenal karena inovasinya dalam matematika dan astronomi. Ia mengembangkan observatorium Maragha di Iran, salah satu observatorium paling maju pada masanya, untuk menguji dan menyempurnakan model astronomi.

Inspirasi dari Ibnu Sina:

  • Kritik terhadap Epicycles:
    Ibnu Sina menolak kompleksitas epicycles dalam model Ptolemaik, dan Tusi melanjutkan kritik ini dengan menciptakan alternatif matematis yang lebih sederhana.
  • Harmoni Universal:
    Konsep harmoni universal dan kesempurnaan gerakan yang digagas oleh Ibnu Sina menjadi dasar bagi pengembangan model gerakan planet oleh Tusi.

2. Tusi Couple: Penyempurnaan Gerakan Planet

Nasir al-Din al-Tusi memperkenalkan mekanisme geometris yang dikenal sebagai Tusi Couple, yang berfungsi untuk menggantikan epicycles dalam menjelaskan gerakan planet.

Cara Kerja Tusi Couple:

  • Mekanisme ini terdiri dari dua lingkaran:
    • Lingkaran besar (outer circle) dan lingkaran kecil (inner circle) yang berputar di dalamnya.
    • Gerakan kombinasi ini menghasilkan gerakan linier yang menyerupai osilasi, yang sesuai dengan pengamatan gerakan planet.

Keunggulan:

  • Sederhana dan Efisien:
    Tusi Couple lebih sederhana dibandingkan epicycles Ptolemaik.
  • Akurasi Lebih Tinggi:
    Ini menghasilkan prediksi gerakan planet yang lebih akurat, sesuai dengan data observasi pada zamannya.

3. Observatorium Maragha: Bukti Empiris

Nasir al-Din al-Tusi mendirikan Observatorium Maragha pada tahun 1259. Ini menjadi pusat penelitian astronomi terbesar pada era tersebut, dilengkapi dengan alat-alat observasi untuk menguji teori-teori astronomi.

Hubungan dengan Ibnu Sina:

  • Observasi sebagai Pendukung Teori:
    Ibnu Sina menekankan pentingnya pengamatan empiris, dan Tusi mewujudkan ini dengan membangun observatorium untuk mengumpulkan data tentang gerakan benda langit.
  • Koreksi Data Ptolemaik:
    Dengan bantuan observasi, Tusi berhasil menemukan ketidaksesuaian dalam data yang disampaikan oleh Ptolemy, sehingga menyempurnakan model geosentris.

4. Pengaruh Tusi pada Astronomi Modern

Hubungan dengan Copernicus:

  • Konsep Tusi Couple ditemukan dalam karya Copernicus (De Revolutionibus Orbium Coelestium), yang menjadi dasar model heliosentris.
  • Peneliti modern percaya bahwa Copernicus mempelajari ide-ide Tusi dari karya ilmuwan Muslim yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Warisan Ilmiah:

  • Pengembangan Observasi:
    Observatorium Maragha menjadi model bagi observatorium di dunia Islam dan Eropa.
  • Gerakan Planet Tanpa Epicycles:
    Ide Tusi membantu menghapuskan epicycles dalam astronomi modern, yang kemudian digantikan oleh hukum gravitasi Newton.

5. Kesimpulan

Nasir al-Din al-Tusi adalah salah satu ilmuwan terbesar yang meneruskan kritik dan penyempurnaan model geosentris yang dimulai oleh Ibnu Sina.

  • Tusi Couple menjadi inovasi kunci yang membuka jalan bagi teori heliosentris.
  • Observatorium Maragha menunjukkan pentingnya pengamatan empiris, mengukuhkan gagasan Ibnu Sina tentang hubungan antara teori dan observasi.

 

Astronomi Islam memainkan peran penting dalam menjembatani pengetahuan kuno dan perkembangan astronomi modern. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang hubungan astronomi Islam (termasuk Ibnu Sina, Nasir al-Din al-Tusi, dan lainnya) dengan astronomi modern, serta kontribusi besar observatorium seperti Maragha:


1. Hubungan Astronomi Islam dengan Astronomi Modern

Astronomi Islam berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan Yunani (Ptolemaik) dan kebangkitan ilmiah di Eropa. Berikut adalah kontribusi kunci:

Kritik terhadap Model Ptolemaik

  • Ilmuwan Islam seperti Ibnu Sina dan Nasir al-Din al-Tusi mengidentifikasi kelemahan model Ptolemaik, terutama penggunaan epicycles yang kompleks.
  • Kritik ini membuka jalan bagi penyederhanaan model astronomi yang diadopsi oleh ilmuwan Eropa seperti Copernicus.

Pengaruh pada Copernicus

  • Banyak gagasan dari ilmuwan Muslim diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, termasuk mekanisme Tusi Couple dan kritik terhadap pusat bumi yang tetap (geosentrisme).
  • Copernicus menggunakan gagasan ini sebagai dasar untuk mengembangkan model heliosentris, di mana matahari menjadi pusat tata surya.

Observasi yang Lebih Akurat

  • Data yang dikumpulkan oleh observatorium Islam menjadi dasar bagi pengembangan model yang lebih akurat.
  • Sebagai contoh, tabel astronomi yang dibuat oleh Ulugh Beg dan ilmuwan di observatorium Maragha memberikan data presisi tinggi tentang gerakan benda langit.

2. Observatorium Maragha: Tonggak Astronomi Empiris

Observatorium Maragha (didirikan oleh Nasir al-Din al-Tusi) adalah salah satu fasilitas astronomi terbesar pada abad ke-13.

Fasilitas dan Peralatan:

  • Dilengkapi dengan astrolabe, sextant, dan alat lain untuk mengukur posisi benda langit dengan akurat.
  • Digunakan untuk merevisi tabel astronomi kuno dan menciptakan tabel baru yang lebih akurat, seperti Zij-i Ilkhani.

Kontribusi Utama:

  1. Perbaikan Tabel Ptolemaik:
    • Observasi di Maragha membantu memperbaiki kesalahan dalam tabel Ptolemaik, khususnya data tentang gerakan planet.
  2. Pengaruh pada Observatorium Eropa:
    • Model observatorium ini menginspirasi pembangunan observatorium di Eropa, seperti observatorium di Kopenhagen dan Greenwich.
  3. Pengembangan Model Planet:
    • Astronom di Maragha mengusulkan model planet yang lebih sederhana dan konsisten dengan data observasi.

Ilmuwan Terkemuka:

  • Selain Nasir al-Din al-Tusi, ilmuwan seperti Qutb al-Din al-Shirazi dan Al-Kashi juga berkontribusi dalam penelitian di observatorium Maragha.

3. Astronomi di Observatorium Lain

Selain Maragha, ada beberapa observatorium penting lainnya yang membantu perkembangan astronomi modern:

1. Observatorium Samarkand (Ulugh Beg)

  • Didirikan oleh Ulugh Beg, seorang ilmuwan dan penguasa dari Dinasti Timurid.
  • Observatorium ini menghasilkan tabel bintang paling akurat pada masanya, yang dikenal sebagai Zij-i Sultani.
  • Data ini digunakan oleh astronom Eropa hingga abad ke-17.

2. Observatorium Istanbul (Taqi al-Din)

  • Didirikan oleh Taqi al-Din pada abad ke-16.
  • Taqi al-Din menciptakan alat observasi yang lebih canggih dan menghasilkan pengamatan mendetail tentang gerakan planet.

4. Pengaruh Astronomi Islam di Eropa

Astronomi Islam sampai ke Eropa melalui Spanyol (Andalusia) dan Sisilia selama abad pertengahan. Beberapa langkah penting:

  1. Penerjemahan Karya Ilmuwan Muslim:
    • Buku-buku seperti Almagest oleh Ptolemy diterjemahkan kembali ke Latin bersama dengan komentar dari ilmuwan Muslim seperti Al-Battani, Al-Zarqall, dan Al-Farghani.
  2. Tabel Astronomi:
    • Tabel-tabel yang disusun oleh observatorium Islam (seperti Zij-i Ilkhani) menjadi rujukan penting untuk navigasi dan penelitian di Eropa.

5. Hubungan Astronomi Islam dengan Keilmuan Modern

  1. Metode Observasi dan Eksperimen:
    • Ilmuwan Muslim memperkenalkan metode observasi dan pencatatan yang sistematis, yang menjadi landasan bagi astronomi modern.
  2. Model Geometri:
    • Mekanisme seperti Tusi Couple dan konsep harmoni universal memberikan pendekatan matematis yang elegan, menggantikan epicycles dalam model heliosentris.
  3. Data Empiris:
    • Tabel astronomi dan data presisi tinggi menjadi fondasi bagi penemuan hukum gravitasi oleh Newton.

Kesimpulan

Astronomi Islam, melalui kritik terhadap geosentrisme, inovasi alat, dan observatorium seperti Maragha, memainkan peran penting dalam mengembangkan astronomi modern. Pengaruh ini tampak jelas dalam karya ilmuwan Eropa seperti Copernicus, yang memanfaatkan ide-ide dan data dari tradisi ilmiah Islam.

Jika Anda tertarik, saya bisa menjelaskan lebih detail tentang alat-alat yang digunakan di observatorium atau penemuan penting lainnya dari astronomi Islam!

Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang alat-alat astronomi yang digunakan di observatorium Islam, serta penemuan penting yang dihasilkan dari penggunaannya:


1. Alat-Alat Astronomi di Observatorium Islam

a. Astrolabe

  • Deskripsi:
    Sebuah perangkat logam berbentuk lingkaran yang digunakan untuk mengukur posisi bintang dan benda langit.
  • Fungsi Utama:
    • Menentukan waktu berdasarkan posisi matahari dan bintang.
    • Membantu navigasi, terutama untuk pelayaran.
    • Digunakan untuk menentukan arah kiblat.
  • Penyempurnaan:
    Ilmuwan seperti Al-Zarqall dari Andalusia menciptakan astrolabe universal, yang dapat digunakan di mana saja di bumi tanpa penyesuaian lintang.

b. Sextant

  • Deskripsi:
    Alat berbentuk busur yang digunakan untuk mengukur sudut antara dua benda langit.
  • Fungsi Utama:
    • Mengukur ketinggian benda langit di atas cakrawala.
    • Digunakan di observatorium seperti Maragha untuk perhitungan gerakan planet.

c. Armillary Sphere

  • Deskripsi:
    Replika bola langit dengan cincin konsentris yang mewakili lintasan benda langit.
  • Fungsi Utama:
    • Mempelajari gerakan planet.
    • Mengajarkan struktur alam semesta geosentris.

d. Mural Quadrant

  • Deskripsi:
    Alat berbentuk seperempat lingkaran yang dipasang pada dinding, digunakan untuk observasi presisi tinggi.
  • Penggunaan di Maragha:
    • Untuk mengukur ketinggian benda langit dengan sangat akurat.

e. Alat Jam Matahari dan Jam Air

  • Digunakan untuk pengukuran waktu berdasarkan bayangan matahari (jam matahari) atau aliran air (jam air).
  • Membantu menentukan waktu salat dan mendukung penelitian astronomi.

2. Penemuan Penting Astronomi Islam

a. Koreksi terhadap Data Ptolemaik

  • Observatorium seperti Maragha menghasilkan tabel astronomi yang lebih akurat daripada tabel Ptolemaik.
  • Zij-i Ilkhani yang disusun di Maragha menjadi salah satu tabel astronomi paling terkenal dan digunakan selama berabad-abad.

b. Penemuan Gerakan Presesi Bumi

  • Al-Battani dan ilmuwan lainnya mengidentifikasi bahwa titik ekuinoks bergeser (presesi), sesuatu yang tidak disebutkan dalam model Ptolemaik.
  • Data ini menjadi landasan bagi pengembangan model astronomi modern.

c. Inovasi dalam Trigonometri

  • Astronomi Islam memperkenalkan fungsi trigonometri seperti sinus, kosinus, dan tangen untuk menghitung gerakan benda langit.
  • Nasir al-Din al-Tusi mengembangkan metode untuk menyelesaikan segitiga bola, yang sangat penting dalam astronomi.
Baca Juga :  Manfaat Teknologi Nuklir Untuk Pembangkit Listrik, Pertanian, Industri dan Medis

d. Penjelasan Gerakan Planet

  • Tusi Couple menggantikan epicycles dengan mekanisme geometris sederhana, memberikan penjelasan yang lebih akurat tentang gerakan planet.

e. Observasi Komprehensif

  • Observatorium seperti Samarkand menghasilkan tabel bintang yang sangat akurat, seperti Zij-i Sultani oleh Ulugh Beg, yang memuat posisi lebih dari 1000 bintang.

3. Observatorium Terkenal dan Inovasinya

a. Observatorium Maragha

  • Dipimpin oleh Nasir al-Din al-Tusi.
  • Kontribusi utama:
    • Mengembangkan Tusi Couple.
    • Menyusun tabel astronomi baru.
    • Menjadi model untuk observatorium di Eropa.

b. Observatorium Samarkand

  • Didukung oleh Ulugh Beg.
  • Menghasilkan tabel astronomi paling akurat hingga abad ke-16, seperti Zij-i Sultani.

c. Observatorium Istanbul

  • Dibangun oleh Taqi al-Din.
  • Mengembangkan alat observasi presisi tinggi yang mendukung navigasi dan astronomi.

4. Pengaruh pada Astronomi Modern

a. Navigasi

  • Astrolabe dan tabel astronomi Islam membantu pelaut Eropa pada masa eksplorasi, seperti Vasco da Gama dan Christopher Columbus.

b. Observasi Sistematis

  • Metode observasi yang diterapkan di observatorium Islam menjadi standar dalam astronomi Eropa.
  • Tabel bintang dari observatorium Islam digunakan oleh astronom seperti Tycho Brahe di Eropa.

c. Model Heliocentris

  • Copernicus mengadopsi mekanisme Tusi Couple dan gagasan kritik terhadap epicycles untuk mengembangkan model heliosentris.

Kesimpulan

Astronomi Islam tidak hanya memperbaiki kesalahan model Ptolemaik, tetapi juga menciptakan alat dan data yang menjadi dasar bagi penemuan modern. Observatorium seperti Maragha dan inovasi seperti astrolabe berperan besar dalam membangun jembatan antara dunia kuno dan astronomi modern.

 

Baik, mari kita fokus pada astrolabe, salah satu alat astronomi paling penting yang berkembang di dunia Islam, dan menjelaskan secara detail tentang sejarah, fungsi, penggunaan, dan kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan.


Astrolabe: Alat Serbaguna Astronomi

1. Sejarah dan Perkembangan

  • Asal Usul:
    Astrolabe berasal dari Yunani kuno, dengan konsep awalnya diperkenalkan oleh Hipparchus (abad ke-2 SM).

    • Di dunia Islam, astrolabe disempurnakan menjadi alat multifungsi dengan tingkat presisi tinggi.
    • Astronom Muslim seperti Al-Zarqall (di Andalusia) dan Al-Fazari mengembangkan bentuk astrolabe yang lebih praktis dan universal.
  • Astrolabe Universal:
    Al-Zarqall menciptakan astrolabe safiha, yang dapat digunakan di mana saja di bumi, terlepas dari lintangnya.

2. Komponen Utama Astrolabe

  1. Mater (Piringan Dasar):
    Bagian utama astrolabe yang menjadi dasar untuk semua komponen lainnya.
  2. Rete (Jaringan):
    Sebuah cakram berongga yang menunjukkan lintasan benda langit.
  3. Plates (Piringan):
    Piringan yang mewakili cakrawala untuk lintang tertentu.
  4. Alidade:
    Jarum yang digunakan untuk mengukur ketinggian benda langit.

3. Fungsi Utama Astrolabe

Astrolabe adalah alat serbaguna yang memiliki banyak fungsi di berbagai bidang, termasuk astronomi, geografi, dan navigasi.

  1. Astronomi:
    • Mengukur posisi bintang dan planet di langit malam.
    • Menentukan waktu berdasarkan posisi matahari atau bintang.
    • Memprediksi waktu terbit dan terbenamnya benda langit.
  2. Navigasi:
    • Digunakan oleh pelaut untuk menentukan lokasi mereka di laut.
    • Membantu menentukan arah kiblat bagi umat Islam di berbagai belahan dunia.
  3. Penentuan Waktu:
    • Membantu menentukan waktu salat berdasarkan posisi matahari.
    • Digunakan untuk membuat kalender astronomi.
  4. Geografi:
    • Menentukan lintang dan bujur sebuah lokasi.
    • Membantu dalam pembuatan peta yang lebih akurat.

4. Penggunaan dalam Dunia Islam

  • Al-Fazari:
    Orang pertama yang memperkenalkan astrolabe ke dunia Islam. Karyanya mendorong ilmuwan Muslim untuk menyempurnakan alat ini.
  • Al-Zarqall (1029–1087):
    Menciptakan astrolabe universal (astrolabe safiha), yang tidak terbatas pada satu lintang saja.

    • Ini menjadi revolusi besar dalam astronomi dan navigasi.
  • Penggunaan di Observatorium:
    Observatorium seperti Maragha dan Samarkand menggunakan astrolabe untuk memetakan posisi bintang dan planet dengan akurat.

5. Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan

  1. Astronomi Modern:
    • Astrolabe adalah pendahulu dari sextant dan alat modern lainnya dalam astronomi dan navigasi.
    • Data yang dikumpulkan dengan astrolabe mendukung pengembangan teori heliosentris.
  2. Navigasi Global:
    • Digunakan oleh pelaut Muslim dan kemudian diadopsi oleh penjelajah Eropa, seperti Vasco da Gama dan Christopher Columbus.
  3. Inspirasi Teknologi:
    • Prinsip kerja astrolabe memengaruhi pengembangan jam astronomi di Eropa.

6. Warisan Astrolabe

  • Koleksi Bersejarah:
    Astrolabe buatan dunia Islam masih disimpan di berbagai museum di seluruh dunia, seperti British Museum dan Museum of Islamic Art di Qatar.
  • Penggunaan Simbolis:
    Astrolabe dianggap sebagai simbol kejayaan sains Islam dan sering digunakan dalam seni dan desain modern untuk merepresentasikan hubungan antara sains dan spiritualitas.

Kesimpulan

Astrolabe adalah salah satu alat paling revolusioner dalam sejarah sains, yang membawa dampak besar pada astronomi, navigasi, dan geografi. Melalui inovasi oleh ilmuwan Islam seperti Al-Fazari dan Al-Zarqall, alat ini menjadi fondasi bagi banyak penemuan modern.

 

Berikut adalah penjelasan lebih mendalam tentang bagaimana Tusi Couple diterapkan dalam astronomi modern dan kontribusi lain dari Nasir al-Din al-Tusi, terutama dalam pengembangan mekanika langit serta dampaknya pada ilmu pengetahuan:


1. Penerapan Tusi Couple dalam Astronomi Modern

a. Dalam Model Heliocentris Copernicus

  • De Revolutionibus Orbium Coelestium (1543):
    Dalam karya besar Copernicus yang memperkenalkan model heliosentris, mekanisme yang sangat mirip dengan Tusi Couple digunakan untuk menjelaskan gerakan osilasi benda langit.
  • Pengaruh Tusi:
    Karya Nasir al-Din al-Tusi diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi referensi penting di Eropa. Copernicus mengadaptasi ide Tusi Couple untuk menggantikan epicycles dalam sistem heliosentrisnya.

b. Inspirasi untuk Kepler

  • Meskipun Johannes Kepler akhirnya meninggalkan model lingkaran sempurna dan menggantinya dengan orbit elips, ide-ide geometris seperti Tusi Couple memengaruhi pendekatan matematis yang digunakan untuk menjelaskan gerakan planet.

2. Kontribusi Lain Nasir al-Din al-Tusi

a. Kritik terhadap Model Ptolemaik

  • Kritik Ilmiah:
    Tusi menunjukkan kelemahan dalam model geosentris Ptolemaik, seperti ketidakcocokan antara teori dan data observasi.
  • Alternatif Baru:
    Tusi menawarkan sistem geosentris yang disederhanakan, di mana Tusi Couple menjadi komponen utama untuk menggantikan epicycles yang rumit.

b. Pengembangan Observatorium Maragha

  • Pusat Ilmu Pengetahuan:
    Sebagai direktur observatorium Maragha, Tusi mengorganisasi penelitian astronomi yang menghasilkan tabel bintang baru (Zij-i Ilkhani), salah satu yang paling akurat pada masanya.
  • Alat Baru:
    Dia juga mengembangkan berbagai instrumen astronomi, termasuk versi awal dari sextant.

c. Trigonometri Bola

  • Pionir dalam Trigonometri:
    Tusi mengembangkan metode untuk menyelesaikan segitiga bola, yang sangat penting dalam astronomi dan navigasi.
  • Buku Kunci:
    Bukunya, Treatise on the Quadrilateral, menjadi referensi utama dalam trigonometri bola dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

d. Sistem Kalender

  • Tusi bekerja untuk meningkatkan akurasi kalender berdasarkan pergerakan benda langit, memberikan dasar untuk kalender astronomi yang lebih presisi.

3. Dampak Jangka Panjang pada Ilmu Pengetahuan

a. Fondasi Mekanika Langit

  • Tusi Couple dan kritik terhadap model Ptolemaik membantu membuka jalan bagi teori gravitasi universal Isaac Newton.
  • Ide geometris Tusi menginspirasi pendekatan matematis dalam fisika langit.

b. Pengaruh pada Observatorium Modern

  • Model observatorium Maragha menginspirasi pembangunan observatorium di Eropa, termasuk Observatorium Uraniborg oleh Tycho Brahe.

c. Integrasi Sains dan Matematika

  • Pendekatan Tusi yang menggabungkan geometri, trigonometri, dan data observasi menjadi model ilmiah yang diadopsi di Eropa pada era kebangkitan ilmiah.

4. Kesimpulan

Nasir al-Din al-Tusi, melalui Tusi Couple dan inovasi lainnya, tidak hanya menyederhanakan model astronomi kuno, tetapi juga memberikan dasar ilmiah yang kokoh untuk perkembangan ilmu pengetahuan modern.

  • Tusi Couple menjadi salah satu jembatan utama antara astronomi Ptolemaik dan heliosentris Copernicus.
  • Kontribusinya dalam observasi, trigonometri, dan pengelolaan data astronomi terus dikenang sebagai bagian penting dari sejarah astronomi.

 

Nasir al-Din al-Tusi tidak hanya terkenal karena karya astronominya, tetapi juga kontribusinya dalam pengembangan kalender astronomi yang akurat. Ia berusaha memperbaiki sistem kalender berdasarkan observasi benda langit, terutama gerakan matahari dan bulan, untuk menciptakan sistem waktu yang lebih sesuai dengan peristiwa astronomis. Berikut adalah penjelasan rinci tentang kalender astronomi yang diusulkan Tusi dan kontribusinya.


1. Latar Belakang Sistem Kalender pada Zaman Tusi

Pada masa Tusi, dua sistem kalender utama digunakan di dunia Islam:

  1. Kalender Lunar (Hijriyah):
    • Berdasarkan siklus bulan.
    • Setiap bulan berlangsung sekitar 29-30 hari, dengan setahun memiliki sekitar 354 hari.
    • Tidak sinkron dengan musim karena tidak sesuai dengan siklus matahari.
  2. Kalender Solar (Persia – Jalali):
    • Digunakan di Persia dan sekitarnya.
    • Berdasarkan revolusi matahari, dengan durasi sekitar 365,24 hari.
    • Lebih cocok untuk pertanian karena sinkron dengan musim.

Tusi melihat perlunya kalender yang lebih akurat untuk menjembatani kebutuhan astronomi dan praktis kehidupan sehari-hari.


2. Kontribusi Tusi dalam Kalender Astronomi

a. Observasi Gerakan Matahari

  • Dengan menggunakan data dari Observatorium Maragha, Tusi menghitung panjang tahun tropis (satu siklus matahari dari ekuinoks ke ekuinoks berikutnya) dengan presisi tinggi, sekitar 365,2422 hari.
  • Nilai ini hampir mendekati angka yang dihitung dengan teknologi modern.

b. Penyempurnaan Kalender Jalali

  • Kalender Jalali (diperkenalkan pada tahun 1079 di Persia) memiliki tingkat akurasi tinggi, dengan rata-rata panjang tahun 365,2424 hari.
  • Tusi memperbaiki perhitungan ini dengan mengusulkan siklus koreksi tahun kabisat untuk menjaga sinkronisasi kalender dengan gerakan matahari.

c. Penyesuaian Bulan dan Musim

  • Tusi mencatat bahwa sistem kalender harus mengakomodasi perbedaan kecil antara panjang bulan kalender (30 atau 31 hari) dan panjang bulan astronomis (29,53 hari).
  • Ia merancang sistem pembagian tahun menjadi bulan dengan panjang yang lebih akurat sesuai siklus musim.

d. Penyusunan Kalender Baru

  • Kalender yang disempurnakan oleh Tusi digunakan untuk memperbaiki jadwal ibadah, seperti waktu salat dan puasa, serta untuk kebutuhan astronomi lainnya.
  • Kalender ini diadopsi oleh ilmuwan dan astronom Persia, memberikan dasar untuk kalender modern seperti kalender Gregorian.

3. Keunggulan Kalender Tusi

  1. Presisi Tinggi:
    • Berdasarkan pengamatan astronomi, kalender Tusi sangat akurat dalam menghitung panjang tahun tropis.
    • Tingkat kesalahan hanya beberapa detik per tahun, yang lebih baik dibandingkan kalender Julian.
  2. Sinkronisasi dengan Musim:
    • Kalender ini dirancang agar ekuinoks musim semi selalu jatuh pada tanggal yang sama setiap tahunnya, menjaga keselarasan dengan musim.
  3. Relevansi Praktis:
    • Cocok untuk kegiatan pertanian, navigasi, dan penjadwalan acara keagamaan.
  4. Penggunaan Data Observatorium:
    • Data yang dihasilkan oleh Observatorium Maragha, termasuk tabel astronomi (Zij-i Ilkhani), mendukung keakuratan kalender ini.

4. Dampak Jangka Panjang

  • Inspirasi Kalender Gregorian:
    Sistem perhitungan kalender Tusi memengaruhi perkembangan kalender Gregorian di Eropa, yang diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII pada 1582.
  • Pengaruh di Dunia Islam:
    Kalender solar yang lebih akurat menjadi dasar bagi kalender modern di wilayah Persia (Iran), menggantikan kalender lunar untuk keperluan sekuler.

5. Sistem Tahun Kabisat yang Diusulkan Tusi

Untuk menjaga akurasi kalender, Tusi memperkenalkan siklus tahun kabisat:

  • Menambahkan satu hari ekstra (29 Februari) setiap 4 tahun, tetapi menghilangkan satu hari dalam siklus tertentu agar kalender tetap sesuai dengan panjang tahun tropis (365,2422 hari).
  • Sistem ini lebih akurat dibandingkan kalender Julian yang hanya menambahkan hari setiap 4 tahun tanpa koreksi tambahan.

6. Kesimpulan

Kalender astronomi Tusi adalah salah satu karya penting yang menunjukkan pemahaman mendalamnya tentang gerakan benda langit. Dengan menggunakan observasi presisi tinggi dan perhitungan matematis, ia menyempurnakan sistem kalender yang relevan tidak hanya untuk keperluan ilmiah, tetapi juga kehidupan sehari-hari.

Warisan Tusi dalam kalender astronomi terus hidup melalui adopsi prinsip-prinsipnya dalam sistem kalender modern seperti kalender Gregorian dan kalender solar Persia.

 

 

Follow WhatsApp Channel inikanaku.info untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Gerhana Bulan Total 13 sampai 14 Maret 2025
Beda NU dan Muhammadiah Dalam Menentukan Awal Puasa
Teknik Informatika
Teknik Sipil
Energi Potensial
Integral, Contoh Soal dan Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Matrik Ruang Vektor Serta Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Gerhana Bulan
Berita ini 24 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 14 Maret 2025 - 09:22 WIB

Gerhana Bulan Total 13 sampai 14 Maret 2025

Sabtu, 22 Februari 2025 - 18:08 WIB

Teknik Informatika

Jumat, 10 Januari 2025 - 08:40 WIB

Teknik Sipil

Rabu, 8 Januari 2025 - 19:56 WIB

Energi Potensial

Rabu, 8 Januari 2025 - 19:10 WIB

Integral, Contoh Soal dan Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Berita Terbaru

Healthy Lifestyle

Daun Singkong, Kandungan Gizi, Manfaat Serta Efek Sampingnya

Kamis, 17 Apr 2025 - 19:54 WIB

AGRICULTURE

Budidaya Ikan Nila Mengunakan Sistem Bioflok

Selasa, 15 Apr 2025 - 14:20 WIB

AGRICULTURE

Budidaya Ikan Nila bagi Pemula

Selasa, 15 Apr 2025 - 13:18 WIB

AGRICULTURE

Ikan Nila VS Mujair

Selasa, 15 Apr 2025 - 12:47 WIB

NEWS

Gerhana Bulan Total 13 sampai 14 Maret 2025

Jumat, 14 Mar 2025 - 09:22 WIB