War of the Worlds adalah film fiksi ilmiah karya sutradara Steven Spielberg yang dirilis pada tahun 2005. Film ini diadaptasi dari novel klasik karya H.G. Wells yang pertama kali terbit tahun 1898, serta pernah diabadikan dalam siaran radio legendaris oleh Orson Welles pada 1938 yang membuat masyarakat Amerika panik karena mengira benar-benar terjadi invasi alien.
Versi layar lebar ini dibintangi oleh Tom Cruise, Dakota Fanning, Justin Chatwin, dan Tim Robbins. Berbeda dengan adaptasi sebelumnya yang banyak menekankan sisi peperangan besar, Spielberg memilih untuk menghadirkan cerita dari sudut pandang seorang ayah biasa yang berjuang menyelamatkan anak-anaknya di tengah kepanikan dunia akibat serangan makhluk luar angkasa.
Kekuatan film ini terletak pada suasana mencekam dan ketegangan yang terus dibangun sejak awal. Invasi alien digambarkan sangat brutal, dengan mesin raksasa “Tripod” yang mampu menghancurkan kota hanya dalam hitungan menit. Namun, alih-alih fokus pada teknologi perang, Spielberg menekankan sisi kemanusiaan: bagaimana naluri bertahan hidup, kasih sayang keluarga, dan rasa takut menjadi nyata dalam situasi kacau.
Film ini juga sarat pesan simbolis. Alien digambarkan sebagai kekuatan yang tak terbendung, seperti halnya bencana alam atau perang. Pada akhirnya, makhluk luar angkasa itu bukan dikalahkan oleh senjata manusia, melainkan oleh mikroba dan bakteri bumi yang justru membuat manusia mampu bertahan. Pesan moralnya jelas: sehebat apa pun peradaban, manusia tetap bergantung pada keseimbangan alam.
Dengan efek visual spektakuler dan penggambaran realistis, War of the Worlds sukses menjadi salah satu film fiksi ilmiah paling berkesan pada dekade 2000-an.
Sinopsis Film War of the Worlds (2005)
Ray Ferrier (Tom Cruise), seorang buruh pelabuhan di New Jersey, sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan kedua anaknya, Rachel (Dakota Fanning) dan Robbie (Justin Chatwin), setelah perceraian. Namun, momen kebersamaan mereka berubah menjadi mimpi buruk ketika fenomena aneh terjadi: petir berulang kali menyambar tanah tanpa hujan.
Tak lama, dari bawah tanah muncul mesin raksasa berbentuk tripod yang telah terkubur ribuan tahun. Makhluk luar angkasa yang mengendalikannya mulai menyerang manusia dengan sinar pemusnah. Kota-kota besar hancur, dan umat manusia terpaksa melarikan diri.
Ray berjuang membawa kedua anaknya keluar dari zona berbahaya. Mereka menghadapi berbagai rintangan, mulai dari serangan tripod, kepanikan massa, hingga perpecahan antar manusia sendiri. Perjalanan penuh bahaya ini sekaligus menjadi ujian bagi Ray sebagai seorang ayah yang selama ini dianggap gagal.
Di tengah kehancuran, muncul kenyataan mengejutkan: tripod mulai melemah. Bukan karena serangan manusia, melainkan karena tubuh alien tidak mampu bertahan terhadap bakteri bumi yang selama jutaan tahun telah menyatu dengan manusia. Invasi itu pun berakhir, dan umat manusia selamat bukan karena kekuatan, melainkan karena “perlindungan alami” yang telah ada sejak awal.